Perbedaan Pil KB dan Pil KADA, Refleksi Kursi Panas Kepala Daerah & Quo Vadis Janji Pilkada

Perbedaan Pil KB dan Pil KADA, Refleksi Kursi Panas Kepala Daerah & Quo Vadis Janji Pilkada

26 Februari 2021 0 By NKRI POST

PERBEDAAN PIL KB DAN PILKADA, REFLEKSI KURSI PANAS KEPALA DAERAH & QUO VADIS JANJI PILKADA.

(Oleh : Isidorus Lilijawa – Sekretaris DPC Partai GERINDRA Kota Kupang).

NKRIPOST, KUPANG – Hari ini 5 pasang Bupati dan Wakil bupati di NTT dilantik gubernur NTT. Mereka adalah bupati – wakil bupati Manggarai Barat, Manggarai, Ngada, TTU dan Sumba Timur. Tiga pasang lainnya masih berproses di MK dan khusus Bupati – Wakil Bupati Sabu Raijua dipending karena polemik kewarganegaraan. Momen pelantikan hari ini memang seremoni birokrasi seperti biasa. Bedanya kali ini lebih irit anggarannya, undangannya, suporternya karena pandemy COVID-19. Di sisi lain, ini adalah selebrasi kemenangan rakyat mayoritas. Semoga besok ketika kembali ke daerah masing-masing, dipestakan dan diayubahagiakan, jangan lupa agar tidak menyebabkan dan memicu kerumunan sosial. Itu berbahaya karena bisa mengguncangkan publik di hari pertama ‘berkuasa’.

Kursi panas. Ya, Saya memilih diksi ini. Bukan kursi empuk apalagi kursi malas. Kursi kekuasaan Bupati dan Wakil Bupati adalah kursi panas. Kursi yang diperoleh dari perjuangan panjang yang ‘panas’. Itu bukan kursi hadiah, pemberian cuma-cuma apalagi bonus. Karena kursi itu panas, maka jika tidak dipakai dengan benar ia bisa menghanguskan. Kursi panas pasti membuat yang mendudukinya tidak nyaman berlama-lama duduk di situ. Bupati dan Wakil Bupati bukan kepala kantor, kepala urusan administrasi yg harus setia duduk di kursinya berlama-lama.

Bupati dan Wakil Bupati tidak boleh sampai ‘betah berlama-lama’ di kantor dalam ruangan ber-AC dengan aneka fasilitas. Kursi panas mengisyaratkan Bupati – Wakil Bupati harus lebih sering turun bertemu dan memecahkan persoalan rakyat di lapangan, di kampung – kampung dan di Desa-Desa. Kursi panas itu mesti terus membakar ikrar setia dan janji-janji kampanye sebagaimana yang rutin keluar dari mulut dan digemakan tim sukses dalam perjuangan mendapat dukungan rakyat.

Kursi panas mesti membuat Bupati – Wakil Bupati tidak terlena dengan nikmatnya jabatan, tidak mudah dikadalin tim sukses apalagi disogok kontraktor. Salah kelola, kursi panas bisa terbakar, bisa menghanguskan. Bukan untukmu berdua tetapi juga keluarga dan anak cucu. Kursi panas harus selalu membakar harapan untuk membangun daerah semakin lebih baik, untuk melakukan apa yang dijanjikan dan untuk mengubah air mata penderitaan rakyat menjadi mata air kebahagiaan dan sukacita.

Kursi malas. Kursi kekuasaan bukan kursi malas. Kursi malas memang hanya untuk pemalas. Bahaya jika kursi Bupati – Wakil Bupati dirubah menjadi kursi malas. Coba amati gaya orang yg duduk di kursi malas : menikmati kenyamanan diri sendiri, cenderung bermimpi dan menghayal, tidak peduli situasi sekitar. Pemimpin yg merasa sudah nyaman dengan diri sendiri kadang menjadi soal karena tidak pernah merasakan atau tidak mau mengalami ketidaknyamanan org lain atau rakyatnya. Jangan jadikan kursi kekuasaan itu sebagai kursi malas yg membuat Bupati – Wakil Bupati malas berpikir, enggan berjuang tentang kebutuhan rakyat.

Jadilah pemimpin yang membumi, yang akrab dengan realitas rakyat, yang paham persoalan rakyat dan bisa mencari solusi bersama mengatasi persoalan itu. Jangan jadi pemimpin yang suka menghayal dan menghabiskan banyak sumber daya dan sumber dana untuk memenuhi halusinasi – halusinasi kekuasaan. Kursi malas bisa membuat pemimpin jadi tukang mimpi. Mau bangun daerah tapi pakai pendekatan dari benua lain, dari daerah lain. Padahal di daerah sendiri banyak filosofi, potensi dan kekuatan yang bisa diberdayakan. Pemimpin yang terlalu menghayal kelihatannya bingung-bingung. Tiaraplah bersama rakyat di bumi yang sama. Mulailah membangun dari situ.

Kursi kekuasaan bukan kursi empuk. Jika kekuasaan diperlakukan seperti kursi empuk, itu bakal me-ninabobokan dan men-terlenakan para pemimpinnya dari realitas yang sebenarnya. Banyak orang mengejar kursi kekuasaan karena mereka berpikir kursi itu empuk. Padahal bukan. Kursi kekuasaan adalah kursi pelayanan dan itu tidak boleh empuk. Kalau mau dapat kursi empuk jadilah direktur perusahaan. Menjadi Bupati – Wakil Bupati adalah pilihan untuk siap menjadi tidak nyaman. Yah, tidak nyaman karena situasi rakyat masih banyak kekurangan, tidak nyaman karena selalu diganggu rakyat setiap saat, tidak nyaman juga karena anda bukan lagi milik keluarga semata, tetapi sudah menjadi milik rakyat, baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung. Saya kadang ragu dengan pernyataan, ‘sudah selesai dgn diri sendiri’. Justru, itu adalah awal dari persoalan untuk banyak orang.

Selamat melayani rakyat para bupati-wakil bupati yg dilantik hari ini. Kami titip beberapa isi hati semoga jadi bahan permenungan di hari-hari pelayanan.
1). Kemesraan itu jangan cepat berlalu. Kemesraan dengan rakyat jangan mulai dibikin berjarak karena anda sudah punya ‘sirene’, sudah punya patwal, sudah punya protokol dan sejenisnya. Itu semua fasilitas yang mestinya mempermudah berada bersama rakyat, bukan membatasi dan membentengi diri.

2). Bupati – Wakil Bupati itu sejoli, sepasang kekasih. Mesralah selama 5 tahun. Jika perlu lanjutkan. Jangan hanya mesra di 2 tahun pertama saja. Setelah itu renggang dan pisah ranjang. Apalagi mulai bangun argumentasi yg satu ‘ban serep’ yg lain ‘ban utama’. Ingat, ban utama bisa pecah dan butuh ban serep.

3). Yang baik dari Bupati – Wakil Bupati sebelumnya dipertahankan dan ditingkatkan. Tetapi janganlah meneruskan warisan politik balas dendam. Ini tidak sehat untuk birokrasi dan untuk rakyat.

4). Kelolalah tim sukses secara bijak. Mereka yang bekerja dalam tim pemenangan harus dibatasi ruang geraknya agar tidak menjadi Bupati – Wakil Bupati kecil di tengah masyarakat. Kalau dibiarkan, manuver mereka lebih sadis dan nama Bupati – Wakil Bupati pasti buruk.

5). Tidak perlu memelihara ‘buzzer’ yang tugasnya semacam tim hore, memuja-muji anda berdua walau yang anda buat keliru lalu mengkritik secara membabi buta pihak-pihak yang mau mengoreksi dan memberi masukan yang baik untuk anda sebagai Bupati – Wakil Bupati. Buzzer itu rumusnya sama di mana-mana. Kalau dibayar ia akan jadi tim hore terbaik. Kalau diabaikan, ia akan membuka borok-borok anda ke pihak lain.

6). Utamakan pemberdayaan rakyat bukan proyek. Yang terlalu berorientasi fee proyek akan tersandera mafia proyek. Tetapi yang rutin membangun pemberdayaan rakyat akan dikenang dan dicintai rakyatnya.

Sepertinya curhat ini kepanjangan. Saya akhiri di sini. Yang lain-lainnya, silahkan buka mata, buka telinga, buka hati. Anda masih butuh energi untuk berpesta dan bersukacita atas momen bahagia ini. Proficiat dan selamat melayani Rakyat sebagai pemegang Mandat Tertinggi dalam Demokrasi. Saya ingat satu anekdot ini. Perbedaan Pil KB dan Janji Politisi. Pil KB kalau lupa diminum, ‘PASTI JADI’ Politisi kalau ‘SUDAH JADI’, bisa lupa janji.

Semangat dan Sukses Selalu.
SALAM INDONESIA RAYA..!!!

*) Tulisan Ini sepenuhnya Milik dan Tanggungjawab Penulis