Kalian Wajib Tahu, Ini Perbedaan Rumput JIS dengan Rumput Standar FIFA
6 Juli 2023NKRIPOST.COM – Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan rumput JIS tidak memenuhi standar FIFA.
Karenanya, ada rencana rumput JIS bakal diganti dengan rumput yang berstandar FIFA.
“Kondisi rumput (JIS) sekarang (belum sesuai standar FIFA) menurut ahlinya yang evaluasi 22 stadion termasuk yang memasang rumput GBK untuk Asian Games.
Jelas ini tidak masuk dalam standar FIFA kalau dengan kondisi sekarang,” kata Basuki, Selasa (4/7/2023).
Melansir dari Kompas.com, rumput JIS menggunakan rumput hybrid.
Rumput ini merupakan jenis rumput yang pertama kali digunakan di stadion Indonesia
Rumput hybrid merupakan perpaduan antara rumput sintetis dengan rumput alami.
Standar pemakaian rumput JIS disebut merupakan rekomendasi FIFA, termasuk campuran rumput sintetis dan alami hingga ketebalannya.
Baca Juga: Pramugari Cantik Ini Ungkap Sensasi Kencan di Udara Saat Penerbangan Selama 8 Tahun, Begini Kisahnya
Komposisi rumput hybrid JIS meliputi 5 persen rumput sintetis berjenis limonta dari Italia dan 95 persennya rumput alami berjenis Zoysia matrella dari Boyolali, Jawa Tengah.
Berikut beberapa alasan rumput hybrid digunakan di stadion JIS:
*Memiliki daya tahan tiga kali lipat
*Memiliki daya serap air yang lebih baik
*Cocok dengan kondisi iklim pesisir
*Biaya pemeliharaan rumput hybrid lebih efektif dan terjangkau.
Rumput stadion standar FIFA Dilansir dari Panduan stadion sepak bola FIFA, pemilihan rumput lapangan sepak bola pada dasarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan sumber daya masing-masing.
Terdapat tiga jenis rumput yang bisa menjadi pilihan, yaitu:
*Rumput alami Pitch hibrida Rumput sintetis.
Menurut FIFA Natural Turf Guidelines, penggunaan rumput alami harus dicocokkan dengan iklim di wilayah yang ada.
Misalnya, rumput di musim dingin, yang harus mampu beradaptasi di daerah yang lebih dingin, umumnya tumbuh paling baik pada suhu tanah antara 16 dan 24 derajat Celsius.
Sementara rumput musim hangat harus dapat beradaptasi dengan daerah tropis dan tumbuh paling baik pada suhu antara 27 dan 35 derajat Celsius.
FIFA juga mengizinkan penggunaan rumput pitch hibrida.
Pitch hibrida adalah serat sintetis yang ditambahkan ke rumput alami dengan tujuan untuk penguatan.
Pitch hibrida menjadi semakin umum dan dalam beberapa kasus menjadi persyaratan sebuah stadion agar mendapat predikat standar FIFA.
Rumput hibrida ini disarankan bagi stadion yang digunakan sebagai lingkungan multiguna.
Tapi di stadion yang lebih kecil atau kurang intensif digunakan, lapangan rumput alami lebih disarankan.
Dilansir dari laman FIFA, FIFA juga mengakui penggunaan rumput sintetis.
Hal ini karena ketahanannya pada cuaca dan penggunaan yang lebih intens.
Rumput sintetis bisa menjadi alternatif terbaik dibanding rumput alami.
Bahkan, rumput sintetis telah ada selama beberapa dekade dan telah digunakan dalam olahraga yang berbeda.
Hanya lapangan sintetis yang telah diuji di laboratorium dan sesuai dengan kriteria pengujian dari Program Kualitas FIFA yang dinyatakan berstandar FIFA.
Untuk mengidentifikasi lapangan rumput sepak bola, FIFA memberikan tanda FIFA QUALITY pada lapangan yang memenuhi standar.
Selain itu, FIFA juga memberikan tanda FIFA QUALITY PRO pada lapangan yang dipastikan memiliki performa permainan tertinggi untuk sepak bola tingkat profesional.
On Schedule Permasalahan rumput JIS Dilansir dari Kompas.com, Chairman Karya Rama Prima (KaerPe) Qamal Mustaqim mengungkapkan permasalahan yang ada pada rumput Jakarta International Stadium (JIS).
Qamal Mustaqim selaku ahli rumput stadion yang ikut serta dalam inspeksi arena untuk Piala Dunia U17 mengatakan bahwa masalah rumput JIS ada pada media dan kebutuhan sinar Mataharinya yang kurang.
“Rumput jenisnya japonica, cuma ditanam di karpet sintetis. Ini masalahnya. Medianya dangkal jadi akar tidak tembus ke bawah. Rumput itu makhluk hidup butuh sinar dan air,” ucapnya di JIS, Selasa (4/7/2023).
“Air tidak terpenuhi karena akarnya dangkal. Matahari tidak cukup. Ini rumput butuh Matahari penuh 8 jam sehari,” jelasnya.
Baca Juga:
(Ya/Sis)