Terungkap! Inilah Alasan Mengapa Soeharto Melarang Perayaan Imlek Saat Orde Baru

Terungkap! Inilah Alasan Mengapa Soeharto Melarang Perayaan Imlek Saat Orde Baru

28 Mei 2022 0 By Tim Redaksi

SEMENJAK pemerintahan Presiden Gus Dur, perayaan Imlek atau Tahun Baru China di Tanah Air sudah tidak dilarang lagi.

Bahkan Imlek dijadikan sebagai salah satu hari libur nasional.

Ini tentunya menjadi tonggak sejarah di Indonesia mengenai toleransi antar umat beragama.

Sebelumnya, mantan Presiden Soeharto sempat melarang diadakannya pesta atau perayaan besar-besaran di hari Imlek.

Banyak orang yang bertanya-tanya kenapa hal tersebut dilakukan.

Kamu salah satunya?

Yuk, langsung saja kita simak ulasan lengkap tentang alasan mengapa Soeharto melarang Imlek berikut ini.

Alasan Mengapa Soeharto Melarang Imlek

Kalau menengok kebelakang pada sejarah, sebagaimana tercatat dalam buku Imlek dan Budaya Cina di Indonesia (2019:hlm 17) yang disusun Pusat Data dan Analisa Tempo, kemeriahan Imlek yang bisa kita saksikan saat ini sudah pasti tidak terjadi ketika zaman Orde Baru.

Ketika itu, siapa pun yang berupaya membawa atraksi kesenian yang berbau budaya Cina, maka ia bisa dituduh melakukan subversif.

Jangankan di tempat publik, di lingkungan sendiri pun, warga keturunan Cina sering dipersulit menggelar upacara adat.

Salah satu biang keladinya adalah Inpres Nomor 14 Tahun 1967 yang dibuat oleh Presiden Soeharto.

Sebab, aturan itu mengekang kebebasan warga keturunan Cina.

Seorang akademisi sekaligus keturunan Tionghoa, Arief Budiman menyatakan, penyebab dibuatnya peraturan itu adalah rivalitas antara Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ketika itu, PKI punya hubungan erat dengan Republik Rakyat Cina.

Maka dari itu, Arief bilang, Soeharto mulai menghubung-hubungkan dan mengidentikkan komunis dengan Cina, padahal itu adalah hal yang berbeda.

Masih dalam buku itu, meskipun Inpres Nomor 14 Tahun 1967 masih memperbolehkan pesta agama dan adat asal tidak mencolok dan digelar di lingkungan intern, pada kenyataannya, aparat kantor sosial sering punya tafsir sendiri.

Argumentasi itu diambil berdasarkan pengalaman sutradara teater N. Riantiarno yang ketika itu mementaskan Sampek Engtay pada tahun 1988 di Jakarta.

Saat hendak mementaskan itu, ia nyaris dilarang badan intel.

Menurut Riantiarno, yang hendak ia tampilkan adalah drama percintaan bukan cerita politik.

Izin akhirnya turun tetapi ada syarat yang tidak boleh dilakukan, yakni tidak boleh ada huruf Cina, tak boleh membakar hio, dan yang terakhir, liong (naga) hanya boleh ditaruh di dalam gedung.

Hal itu masih jauh lebih beruntung daripada kejadian di Medan.

Sebab, polisi melarang pentas itu dengan alasan belum mendapat izin dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.

Padahal, sepuluh izin dari instansi lain sudah selesai.

Bahkan, Departemen Penerangan kala itu juga turut melarang penayangan orang sembahyang di kelenteng, aksi barongsai atau penggunaan bahasa Cina di layar Cina.

Menurut Ishadi S.K., eks Direktur Jenderal RTF (Radio, Televisi dan Film) yang berkembang saat itu adalah pemikiran dogmat satu arah.

“Pelarangan itu dimaksudkan untuk mendorong orang-orang Cina di sini melupakan budaya mereka agar mereka mudah masuk dan beradaptasi dengan budaya kita,” kata Ishadi.

Nah, itulah alasan mengapa Soeharto melarang perayaan Imlek di Indonesia yang bisa kamu ketahui.

(NKRIPOST/Rumah123)