Tafakur Merenungkan Diri Kita Sendiri Untuk Menemukan Makna Hidup

Tafakur Merenungkan Diri Kita Sendiri Untuk Menemukan Makna Hidup

26 April 2021 0 By NKRI POST

Tafakur Merenungkan Diri Kita Sendiri Untuk Menemukan Makna Hidup.
by : Purnomo.

NKRIPOST.COM, JEPARA – Kata Imam Al Ghazali, suatu bagian penting dari pengetahuan spiritual kita timbul dari kajian dan renungan atas diri kita sendiri yang menampakkan pada kita kebijaksanaan, kekuasaan, serta cinta Yang Maha Pencipta. Dengan kekuasan-Nya, terbentuk tubuh manusia yang luar biasa dari hanya suatu tetesan sperma belaka. Kebijakan-Nya terungkapkan di dalam kerumitan jasad kita serta kemampuan bagian-bagiannya untuk saling menyesuaikan.

Tiap unsur dalam diri kita senang dengan segala sesuatu yang untuknya ia diciptakan. Syahwat senang memuaskan nafsu, kemarahan senang membalas dendam, mata senang melihat obyek-obyek yang indah, dan telinga senang mendengar suara-suara yang merdu.

Di atas semua itu, pengetahuan tentang jiwa memainkan peranan yang lebih penting dalam membimbing ke arah pengetahuan tentangTuhan ketimbang pengetahuan tentang jasad kita dan fungsi-fungsinya. Jasad bisa diperbandingkan dengan seekor kuda dengan jiwa sebagai penunggangnya.

Jika seorang manusia tidak mengetahui jiwanya sendiri – yang merupakan sesuatu yang paling dekat dengannya – maka apa arti klaimnya bahwa ia telah mengetahui hal-hal lain. Kalau demikian, ia bagaikan seorang pengemis yang tidak memiliki persediaan makanan, lalu mengklaim bisa memberi makan seluruh penduduk Desa.

Fungsi tertinggi jiwa manusia adalah penerapkan kebenaran, karena itu dalam menerapkan kebenaran tersebut ia mendapatkan kesenangan tersendiri. Dan makin tinggi materi subyek pengetahuan didapatnya, makin besarlah kesenangannya.

Jiwa manusia memiliki dua sisi. Satu sisi menuju alam ruh (alam tinggi) dan sisi lain menuju alam bawah (alam materi). Dari sisi yang menuju alam tinggi ia mirip dengan malaikat dalam berbagai keutamaan dan pengabdian kepada Tuhannya. Sedangkan sisi yang menuju alam bawah membuatnya mampu berinteraksi dengan alam yang terformulasi dari unsur materi.

Kedua alam tersebut memiliki tuntutannya masing-masing, yang sering saling bertolak belakang. Inilah yang membuat jiwa manusia cenderung bingung dalam menjalani kehidupannya di dunia.

Alasan bagi kembalinya manusia ke dunia yang lebih tinggi adalah bahwa ia berasal dari sana dan bahwa ia bersifat malaikat. Eksistensi jiwa tak terganggu walaupun jasad rusak atau mati.

Kita dikirim ke alam yang rendah ini demi memperoleh pengetahuan dan pengalaman, sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an, “Turunlah dari sini kamu semuanya, akan datang padamu perintah-perintah dari-Ku dan siapa yang menaatinya tidak perlu takut dan tak perlu pula mereka gelisah.”

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad,” Obat yang paling manjur untuk mengusir kesedihan adalah memperbanyak sholawat kepada pemimpin alam Nabiy Muhammad Saw.

Semoga kita tergolong dari orang-orang yang mencintai Rasulullah Keluarga Rasulullah dan seluruh para sahabat beliau. (Pnm)

Waullah a’lam ***