Sholat Ied di Ponpes Bikin Heboh se-Indonesia, Jemaah Pria dan Wanita Satu Shaf, Ini Reaksi MUI

Sholat Ied di Ponpes Bikin Heboh se-Indonesia, Jemaah Pria dan Wanita Satu Shaf, Ini Reaksi MUI

25 April 2023 0 By Tim Redaksi

NKRIPOST.COM – Pondok Pesantren Al-Zaytun, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, jadi sorotan setelah menggelar salat Idul Fitri 1444 H dengan menggabungkan barisan pria dan wanita.

Videonya pun viral di media sosial.

Akun Instagram @kepanitiaanalzaytun memposting video salat Idul Fitri pada Sabtu (22/4/2023).

Dalam video itu terlihat saf salat dibuat berjarak. Selain itu ada jamaah perempuan yang berada di barisan paling depan.

Salat dengan saf berjarak dan adanya perempuan itu juga diunggah di akun YouTube Al-Zaytun Official dengan judul (AL-ZAYTUN) KHUTBAH IED AL FITHRI 1444 H.

Setelah viral dan mendapat sorotan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara.

Ketua MUI Indramayu, KH Satori mengatakan, dirinya tidak tahu persis soal tata cara salat Idul Fitri di Ponpes Al-Zaytun.

Seharusnya kata dia, perempuan tidak berada di barisan terdepan meskipun hal itu secara hukum tidak haram dan tidak membatalkan salat.

“Ya saya tidak tahu praktik. Ada perempuan di depan gitu ya secara hukum tidak haram dan tidak membatalkan tapi tata caranya tidak sesuai dengan tata cara anjuran Rasul tentang saf salat jadi perempuan kan di belakang tidak di depan,” kata Satori, Minggu (23/4/2023), seperti Dilansir dari Detik.

Soal saf berjarak, Satori juga tidak mengerti maksud dan tujuannya.

Apalagi saat ini pandemi COVID-19 sudah mulai mereda dan tidak ada anjuran salat dengan berjaga jarak.

Ponpes Al-Zaytun sendiri dikenal dengan pesantren yang tertutup. Pesantren di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Indramayu ini bahkan punya kesan eksklusif.

“Memang Al-Zaytun itu kan pesantren di Indramayu, eksklusif kita tidak bisa intervensi apa-apa dan kalaupun kita tidak suka juga susah, levelnya nasional pun kadang tidak ditanggapin gitu,” kata Satori.

Dengan adanya praktek salat Idul Fitri 1444 Hijriah yang beredar, MUI pun tidak bisa berbuat banyak atau melakukan intervensi terhadap Ponpes Al-Zaytun.

“Jadi terkait dengan itu, ya kami tidak bisa mengintervensi sebab walaupun berada di Indramayu, masyarakat Indramayu tidak pernah bangga adanya Al-Zaytun di Indramayu gitu. Sebab lagi-lagi ya eksklusif segala sesuatunya tidak mau dicampuri dan tidak ada seseorang pun yang bisa mempengaruhi,” ujar Satori.

Satori juga mengungkapkan, MUI Indramayu memilih diam ketimbang terus mengintervensi Ponpes Al-Zaytun. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik antar sesama umat Islam di wilayahnya itu.

“Saya dulu justru itu dulu waktu baru berdiri santrinya baru belasan ribu, saya masuk ke situ, ternyata Al-Zaytun itu susah, tidak transparan, sumber dana dari mana? Dari umat Islam. Ini alirannya apa? Kita ya pokoknya pakai aliran Islam. Gak ada aliran Ahlusunah Waljamaah, pahamnya siapa siapa gak ada,” jelas Satori.

“Karena itu kami tidak pahami tentang Al-Zaytun. Dan kami lebih baik diam daripada ada semacam konflik horizontal antara sesama umat islam,” sambung dia.

Terpisah, Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar menegaskan tata cara salat Idul Fitri yang digunakan Ponpes Al-Zaitun tak sesuai dengan hukum Islam. Seharusnya perempuan berada di barisan belakang laki-laki. MUI pun bakal menelusuri soal kejadian itu.

“Saya belum cek ya, apakah karena darurat tempat salat atau gimana, kalau salat berjamaah perempuan itu di belakang, antara laki-laki perempuan ada (batas), bukan berarti kita merendahkan perempuan,” ujarnya.

“Tidak boleh, perempuan itu di belakang (saf salatnya),” tegasnya.

Tim detikJabar pun telah berupaya mengkonfirmasi soal kasus ini ke Sekretariat Ponpes Al-Zaytun melalui pesan WhatsApp. Namun hingga kini belum ada jawaban.

(Yar/Sis)