Rafael Akhirnya Buka Suara Soal Mobil Rubicon dan Harley yang Bikin Heboh Publik, Oh Ternyata….
25 Februari 2023NKRIPOST.COM – Mobil Rubicon yang dikendarai Mario Dandy Satriyo (20) saat menganiaya Cristalino David Ozora (17) atau David menjadi sorotan.
Pasalnya, Mario Dandy merupakan anak dari pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo.
Mario Dandy sendiri sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh Polres Metro Jakarta Selatan (Jaksel).
Sementara, sang ayah Rafael sudah dicopot dari jabatannya.
Selanjutnya, Rafael buka suara mengenai Rubicon yang ditumpangi anaknya itu saat menganiaya David.
Ternyata, Rubicon tersebut diakuinya bukan miliknya.
Begitupun Harley yang kerap dipamerkan Mario Dandy.
Rafael enggan berbicara lebih mengenai kepemilikan Rubicon tersebut.
Selain itu diketahui dia juga mengajukan pemunduran diri sebagai ASN.
“Sebetulnya itu bukan, ini, tapi mending kita fokus kepada ini aja itu, itu bukan milik saya,” kata Rafael kepada detikcom, Jumat (24/2/2023).
Dia mengatakan dirinya masih fokus dengan penyembuhan David.
David sendiri diketahui merupakan anak dari pengurus pusat GP Ansor.
“Iya kita fokus aja pada kesembuhan Ananda David dulu ya, saya sangat prihatin sekali dengan keadaan ananda David, setiap hari saya hanya kusyuk untuk berdoa untuk kesembuhan Mas ananda David,” ucapnya.
KPK Sebut Harta Rafael Tak Sesuai Profil
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) turut menyoroti harta yang dimiliki pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo yang mencapai Rp 56 miliar.
KPK mengatakan harta Rafael itu tidak sesuai dengan jabatannya sebagai pejabat eselon III.
“(Harta) jumbo sih bukannya dilarang, kalau lihat di announcement banyak yang jumbo, yang jadi masalah kan profilnya tidak match. Jadi jangan jumbo oh ini kementerian, kalau profilnya match tidak apa-apa, misalnya bapaknya sultan di mana tahu, warisannya segede-gede gitu, ada juga pejabat yang begitu,” kata Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada, Jaksel, Kamis (23/2).
“Jadi kalau kasus yang pejabat pajak ini, kita bilang profilnya nggak match, dia eselon III dan kalau di announcement dilihat detail isinya gitu kan banyaknya aset ya, aset diem,” sambungnya.
Pahala menerangkan KPK belum melihat dan memeriksa secara detail harta kekayaan Rafael.
Kendati demikian, kata Pahala, pihaknya akan mengecek ke BPN soal sertifikat tanah apa saja yang milik Rafael.
“Nah kita belum lihat lagi secara detail atau belum periksa sebenarnya yang pertama, apakah masih ada lagi aset yang lain. Kalau orang yang hobi aset biasanya ada aset lain dan kita mau cek ke BPN, baik nama dia, nama anak istri atau mungkin di atas namakan orang lain di kartu keluarganya,” kata Pahala.
Pahala mengatakan besar atau tidaknya harta Rafael itu sejatinya tidak penting.
Yang penting saat ini adanya ketidaksesuaian antara harta dan profilnya pejabat pajak eselon III itu.
“Jadi komentar saya untuk Rp 50 miliar ya, kalau gede nggak gede nggak penting, tapi yang penting profilnya sementara ini belum nyambung,” kata Pahala.
Perempuan A di Rubicon Saat Penganiayaan
Polisi menyebut penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy bermula dari adanya aduan dari seorang perempuan yang juga teman dari Mario Dandy berinisial A alias AG.
Usut punya usut, ternyata A berada di lokasi saat Mario Dandy menganiaya David.
Penganiayaan terjadi di depan rumah temannya David di Pesanggarahan, Jakarta Seltan.
A sendiri diketahui merupakan pacar Mario Dandy dan mantan David.
A memancing David dengan ala-ala ingin mengembalikan kartu pelajarnya.
A menghampiri David bersama Mario dan Shane, yang kini juga sudah menjadi tersangka.
Ternyata, saat penganiayaan, A berada di mobil Rubicon tersebut.
“Di depan rumahnya korban (David), saksi A menghubungi korban, kemudian korban tidak mau keluar. Kemudian tersangka berkomunikasi dengan korban, akhirnya korban keluar mengarah ke sebelah rumah dari bapak R (ayah dari teman David),” ucap Kapolres Metro Jaksel Kombes Ade Ary Syam Idradi.
David lalu menemui Mario Dandy dan terjadilah cekcok.
Setelah itu, terjadi penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy terhadap David.
“Sampai di belakang mobil tersangka, terjadi keributan. Tersangka mengkonfirmasi apakah benar terjadi perbuatan tidak baik kepada saksi A, terjadi perdebatan akhirnya terjadi peristiwa kekerasan terhadap anak dengan cara pelaku menendang kaki korban, sehingga korban terjatuh,” bebernya.
Rubicon Pakai Pelat Bodong
Mario Dandy Satrio memakai Rubicon bernopol B-120-DEN saat mengeroyok anak pengurus pusat GP Ansor.
Belakangan diketahui nopol tersebut ternyata bodong.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Ary Syam Indradi mengatakan hal ini diketahui setelah dilakukan cek fisik kendaraan di Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya.
“Saat itu mobil ini menggunakan pelat nomor ini B-120-DEN, kemudian setelah dilakukan cek fisik nomor rangka dan nomor mesin oleh petugas dari Direktorat Lalu Lintas, maka nomor polisi ini tidak sesuai dengan peruntukannya ini,” ujar Ade Ary.
Ade Ary mengatakan nopol Rubicon asli anak pejabat Pajak adalah B-2571-PBP.
“Kemudian kami mengamankan nopol B-2571-PBP yang sesuai dengan STNK yang ada,” katanya.
Wapres Soroti Gaya Hidup Mewah
Gaya hidup mewah pejabat pemerintahan menuai sorotan publik setelah mencuat kasus anak eks pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo, Mario Dandy Satrio, yang menganiaya anak pengurus GP Ansor.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan sikap dari segelintir orang tersebut dapat menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintah.
“Jangan sampai ada ketidakpercayaan masyarakat terutama mereka yang membayar pajak kepada pemerintah, kemudian mereka wah, mereka menjadi ada ketidakpercayaan karena pajak yang dibayarkan digunakan oleh orang per orang. Saya kira itu penting,” kata Ma’ruf di Mamuju seperti dalam keterangan tertulis dari BMPI Setwapres, Jumat (24/2).
Ma’ruf menyampaikan kesederhanaan penting untuk dipraktikkan di semua tingkat kehidupan masyarakat.
Dia ingin letupan-letupan yang dipicu akibat kesenjangan sosial dapat diminimalkan.
“Mengenai masalah hidup sederhana saya kira itu harus menjadi gaya hidup para pejabat dari atas sampai ke bawah, jangan sampai hidup itu (berlebihan/mewah),” imbau Ma’ruf