Masih Ingat Jenderal Dai Bachtiar? Kapolri Era Mega-SBY, Begini Kabarnya Sekarang

Masih Ingat Jenderal Dai Bachtiar? Kapolri Era Mega-SBY, Begini Kabarnya Sekarang

7 Januari 2022 0 By Tim Redaksi

MASIH ingat jenderal polisi (Purn) Dai Bachtiar, mantan Kapolri era Presiden Megawati Soekarnoputri hingga Susilo Bambang Yudhoyono?

Sorotan terhadap Jenderal Dai Bachtiar meredup setelah pensiun.

Kini Jenderal Dai Bachtiar menjalani masa pensiunnya sebagai mantan anggota Polri dengan pangkat Jenderal Bintang 4.

Berkarier hingga jadi anggota Perwira Tinggi Polri berpangkat Jenderal Bintang 4, Dai Bachtiar sempat menjabat Kapolri periode 2001-2005.

Jenderal Dai Bachtiar digantikan Jenderal Sutanto pada tahun 2005.

Jenderal Dai Bachtiar juga sempat mengungkapkan kekurangan alutsista dalam instansi polri. Dalam hal ini, pasokan amunisi bagi Polri.

Setelah bertahun-tahun jarang tersorot media, pada tahun 2020, Jenderal Dai Bachtiar muncul ke publik dan ikut berpesta demokrasi (Pilkada 2020).

Bukan sebagai calon kepala daerah tapi sebagai pendamping untuk putrinya, Nina Dai Bachtiar yang mencalonkan diri sebagai Bupati Indramayu.

Jenderal Dai Bachtiar ikut mendampingi sang putri dalam beberapa kesempatan.

Pada satu kesempatan, Jenderal Dai Bachtiar tampak ikut dalam aksi klaim kemenangan pasangan calon kepala daerah Kabupaten Indramayu nomor urut 3 Nina Da’i Bachtiar-Lucky Hakim.

Tampak, Jenderal Dai Bachtiar berpose bersama sang putri dan tim sukses Nina-Lucky.

Melansir Kompas,com, pasangan calon bupati dan wakil bupati Indramayu nomor urut 03 Nina Da’i Bachtiar – Lucky Hakim unggul dalam hitung cepat atau quick count versi lembaga Indikator Politik.

Nina-Lucky mendapat suara 37,45 persen.

Untuk rival mereka, pasangan Daniel Muttaqin – Taufik Hidayat 29,35 persen.

Lalu pasangan Solikhin – Ratnawati 24,55 persen; dan pasangan Toto – Deis 8,65 persen.

Nina Da’i Bachtiar kemudian menggelar konferensi pers di wilayah Losarang yang merupakan lokasi kediaman ayahnya yang juga mantan Kapolri, Jenderal (Purn) Da’i Bachtiar, Rabu (9/12/2020).

Pada konferensi pers itu, Nina mengatakan bahwa keunggulannya merupakan suatu berkah dari Tuhan.

“Ini adalah skenario langit. Kalau Allah sudah menghendaki kun fayakun apa yang terjadi, maka terjadilah.

Semua ini adalah doa dari masyarakat Indramayu yang ingin perubahan, yang ingin Indramayu maju dan berkembang,” kata Nina di Indramayu, Jawa Barat, Rabu malam.

Dalam konferensi pers tersebut, Dai Bachtiar tampak menemani Nina dalam berpolitik.

Sementara itu, ketua tim pemenangan partai pengusung Ono Surono mengatakan, pihaknya akan menjaga dan mendampingi Nina – Lucky,

Apabila benar-benar menang dalam Pilkada Indramayu, sesuai hasil perhitungan KPU Kabupaten Indramayu.

“Pemimpin baru sudah hadir di Indramayu, dan tentunya Nina – Lucky ini sudah diberi amanah oleh rakyat Indramayu

dan tentunya kami sebagai partai pengusung akan menjaga dan mendampingi untuk menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya,” kata Ono.

Ketua DPD PDIP Jawa Barat itu juga sempat menyinggung dinasti politik di Indramayu.

Menurut dia, dinasti politik di Indramayu telah berjalan 20 tahun dan merupakan oligarki.

“Politik dinasti itu kan konotasinya negatif.

Bagaimana politik dinasti itu berpotensi terjadinya korupsi, karena membangun oligarki.

Sehingga dengan kemenangan Nina – Lucky di Indramayu, membuktikan bahwa dinasti yang sudah ada hampir 20 tahun ini tumbang,” kata Ono.

Jenderal Da’i Bachtiar Ungkap Polri Sempat Kekurangan Senjata

Dilansir dari Kompas,com, Sabtu (20/03), Mantan Kapolri, Jenderal Polisi (Purn) Da’i Bachtiar sempat menyoroti Polri kekurangan amunisi persenjataan seperti dalam artikel Kompas.com dengan judul ”Mantan Kapolri Da’i Bachtiar Sebut Kepolisian Kekurangan Senjata” yang diterbitkan pada tahun 2017 lalu.

Jenderal Da’i Bachtiar menyambut baik rencana Kepolisian RI membeli 15.000 pucuk senjata untuk personel Polri di lapangan.

Anggaran pengadaan senjata itu telah disetujui menggunakan APBN-P 2017.

Jenderal Da’i Bachtiar menjelaskan kepolisian memang kekurangan senjata.

Apalagi tak dipungkiri, banyak anggota Polri di lapangan yang dengan tangan kosong menjalankan tugasnya.

“Saya rasa sampai sekarang, jumlah senjata perorang Polri masih kekurangan.

Jadi wajar kalau akan menambah jumlah senjata ini,” kata Da’i di hotel Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (26/9/2017).

Jenderal Da’i Bachtiar bercerita ketika ia memimpin Polri, jumlah polisi saat itu kurang lebih mencapai 270.000 personel.

Ketika dievaluasi hanya 100.000 anggota yang memegang senjata.

“Jadi masih kekurangan sekitar 170.000 senjata perorangan.

Jadi kalau di zaman saya, Anda melihat Polantas itu seakan-akan punya pistol, itu kosong ya, enggak ada,” kata dia.

“Sehingga saya ajukan ke sidang kabinet sekaligus dapat persetujuan DPR.

Saya meminta pengadaan revolver sebanyak 170.000 agar setiap anggota Polisi satu senjata,” tambahnya.

Disayangkan, jelas Jenderal Da’i Bachtiar, ketika itu kemampuan dalam negeri waktu itu terbatas.

Karenanya, ia memilih senjata tersebut ke PT Pindad.

“Ketika waktu itu Pindad belum mencukupi. Akhirnya secara bertahap senjata dipenuhi oleh Pindad,” tutup Da’i.

(NKRIPOST/Tribunnews)