KLARIFIKASI! BMKG Mendadak Bunyikan Tanda Bahaya di Jakarta dan Sekitarnya, Semua Warga Tolong Waspada, KJangan Sepelekan, Ini Serius

KLARIFIKASI! BMKG Mendadak Bunyikan Tanda Bahaya di Jakarta dan Sekitarnya, Semua Warga Tolong Waspada, KJangan Sepelekan, Ini Serius

7 Oktober 2022 0 By Tim Redaksi

JAKARTA, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) terus diguyur hujan dalam beberapa hari terakhir.

Hujan dengan intensitas ringan hingga sedang itu kerap disertai angin kencang dan kilat atau petir.

Cuaca ekstrem tersebut memicu banjir di sejumlah wilayah seperti di Jalan TB Simatupang, Jalan Pinang Kalijati di Pondok Labu, Jalan Kemang Raya, Tol BSD, Jalan Kalibata dan lain sebagainya.

Prakirawan cuaca BMKG, Tomi Ilham mengatakan bahwa cuaca yang cukup ekstrem di Jabodetabek ini terjadi karena berbagai faktor.

“Potensi hujan di Jabodetabek diakibatkan gabungan faktor-faktor global, juga regional, serta gelombang-gelombang atmosfer,” kata Tomi, Jumat (7/10/2022).

Faktor global yang dimaksud adalah Dipole Mode Negatif dan La Nina.

Sementara, faktor regional yang memicu cuaca ekstrem di Jabodetabek beberapa waktu belakangan ini adalah Madden Jullian Oscilation (MJO).

Kondisi cuaca ekstrem juga merupakan pengaruh dari gelombang atmosfer Rossby.

“Terpantau juga pertemuan angin yang mengakibatkan banyak awan-awan hujan yang berkumpul didaerah Jabodetabek,” ujar Tomi.

“Kondisi ekstrem tersebut terlihat seperti yang terjadi 2 hari belakangan ini,” tambah dia.

Tragis! Tembok MTSN 19 Roboh dan Timpa Pelajar, 3 Tewas dan 2 Luka-luka, Begini Kronologisnya

BANJIR DI PONDOK LABU, JAKSEL

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji membeberkan kronologi tembok roboh MTSN 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Tembok MTSN 19 roboh karena terjangan banjir yang terjadi pada Kamis siang sampai sore, 6 Oktober 2022.

Dalam peristiwa itu, tiga siswa meninggal dunia akibat tertimpa tembok roboh MTSN 19, Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Isnawa menerangkan, peristiwa ini berawal dari hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta.

Akibat guyuran hujan deras itu, mengakibatkan sejumlah kawsan di ibu kota tergenang banjir.

Debit air yang tinggi akhirnya membuat air meluap dari gorong-gorong hingga membuat MTSN 19 kebajiran.

Sementara, posisi MTSN 19 berada di dataran rendah. Hal itu pula yang membuat terjangan air cukup kuat.

Kebetulan, di sekitar sekolah terdapat saluran penghubung (Phb) Pinang Kalijati.

“Di belakang sekolah terdapat aliran sungai,” terangnya.

Terjangan air itu pula yang diduga membuat tembok tak bisa menahan dan akhirnya roboh.

Akan tetapi ia menegaskan bahwa tembok yang roboh itu adalah ruang kelas.

Melainkan tembok pembatas antara sekolah dengan permukiman warga yang ada di belakangnya.

Di sisi lain, sesaat sebelum sesaat sebelum tembok roboh, sejumlah siswa tengah bermain di taman sekolah.

Saat itu, hujan masih mengguyur cukup deras.

Tiba-tiba, tembok tersebut roboh dan menimpa beberapa siswa yang ada di dekatnya.

“Beberapa siswa yang sedang bermain di area taman sekolah tertimpa tembok yang roboh,” ungkap dia.

Akibatnya, sejumlah siswa MTSN 19 tertimpa tembok roboh.

Dalam peristiwa itu, tiga siswa meninggal dunia dan 2 siswa lainnya mengalami luka-luka.

Kelima korban itu sama-sama merupakan siswa kelas 8 MTSN 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Identitas 3 korban meninggal dunia:

  1. Dendis Alatif
  2. Adnan
  3. Dicka

Identitas 2 korban luka:

  1. Lutfi
  2. Nabila Amel

(NKRIPOSTl/Kompas/pojoksatu)