Inilah Sosok 4 Kapolda yang Diperhitungkan di Era Kapolri Listyo, 1 Ahli Intelijen

Inilah Sosok 4 Kapolda yang Diperhitungkan di Era Kapolri Listyo, 1 Ahli Intelijen

7 September 2022 0 By Tim Redaksi

INILAH Sosok Empat Kapolda yang Diperhitungkan di Era Kapolri Listyo Sigit Prabowo.

  1. Irjen Fadil Imran.

Fadil Imran pada saat ini merupakan Kapolda Metro Jaya.

Fadil Imrna menggantikan Irjen Pol Nana Sudjana yang saat itu dicopot karena pengamanan PPKM.

Ketegasannya tehadap simpatisan FPI terkait kerumunan massa membuat nama Fadil Imran menjadi perhatian.

Selain itu, ada beberapa tindakan yang Fadil Imran juga cukup menarik perhatian pada saat itu.

Fadil Imran lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 14 Agustus 1968.

Pada tahun 1991, Fadil Imran sudah lulus Akpol. Dia berpengalaman di bidang reserse.

Sebelum menjabat Kapolda Metro Jaya, Fadil Imran bertugas sebagai Kapolda Jawa Timur.

Fadil Imran dia memiliki rekam jejak menduduki beberapa jabatan penting di Polri.

Mulai dari Polres KP3 Tanjung Priok, Polres Kepulauan Riau, Polres Metro Jakarta, Polda Metro, hingga Mabes Polri.

Pada tahun 2008, Fadil Imran pernah menjabat sebagai Kasat III Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Pada tahun yang sama, ia kemudian menjabat sebagai Kapolres KP3 Tanjung Priok.

Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2009, ia menjabat Wadir Reskrimum Polda Metro Jaya. Setelah tiga tahun menjabat, pada tahun 2011, Imran dimutasi untuk menduduki jabatan Kasubdit IV Dittipidum Bareskrim Polri.

Masih pada tahun yang sama, ia kemudian menduduki jabatan Direktur Ditreskrimum Polda Kepri. Lalu, dua tahun kemudian, pada tahun 2013, ia menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat.

Dua tahun kemudian, pada 2015, ia dipindah untuk menduduki jabatan Analis Kebijakan Madya (Anjak Madya) Bidang Pidum Bareskrim Polri.

Setahun kemudian, pada tahun 2016, ia menjabat sebagai Direktur Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.

Imran berhasil membongkar kasus pembajakan film Warkop DKI Reborn, dan berhasil membekuk satu orang pelaku, berjenis kelamin wanita berinisial P (31).

Masih pada tahun yang sama, ia bergeser untuk menjabat sebagai Wakil Dirtipideksus Bareskrim Polri.

Setahun kemudian, ia menjabat sebagai Dirtipid Siber Bareskrim Polri (2017) dan berhasil membongkar kasus besar yang berkaitan dengan organisasi siber terorganisir Muslim Cyber Army (MCA) pada Februari 2018 silam.

Dan pada tahun 2019, Imran menjabat sebagai Staf Ahli Sosial Budaya (Sahli Sosbud) Kapolri Jendral Idham Aziz hingga tahun 2020, sebelum akhirnya dimutasi menjadi Kapolda Jatim pada bulan Mei 2020.

  1. Irjen Nico Afinta

Irjen Nico Afinta pada saat ini menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur (Jatim).

Irjen Nico Afinta lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 30 April 1971.

Ia memiliki banyak pengalaman di bidang reserse dan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1992.

Lulusan PTIK tahun 2001 ini melanjutkan pendidikan di bidang hukum untuk jenjang S2 dan S3 di Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat.

Irjen Nico menyelesaikan kuliahnya dan meraih gelar doktor pada tahun 2016, berbarengan dengan kelulusannya di Sespimti Polri.

Sebelum menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur, Nico sempat mengemban jabatan sebagai Kapolda Kalimantan Selatan sejak Mei 2020.

Nico pun pernah menduduki berbagai jabatan di Polri sejak tahun 1993. Ia awalnya menjabat sebagai Pamapta Poltabes Semarang tahun 1993.

Pada tahun 1994, Nico menjabat sebagai Kanit Poltabes Semarang. Pada tahun 1996, Nico menjabat sebagai Danton Taruna Akpol. Kemudian, pada tahun 1997, Nico dipercaya menjadi Danki Taruna Akpol.

Kemudian, pada Tahun 1997-1998, Nico bergabung di UN IPTF Pas PBB XIV Bosnia Herzegovina. Lalu pada tahun 2000, ia dipercaya menjadi Kapolsek Metro Ciputat Polres Jakarta Selatan.

Pada tahun 2003, Nico diangkat menjadi Kanit Ekonomi Ditreskrim Polda Jawa Tengah. Kemudian diangkat menjadi Wakasat Reskrim Polwiltabes Semarang tahun 2004.

Pada tahun 2006, Nico diangkat menjadi Kepala Unit Sumdaling Ditkrimsus Polda Metro Jaya. Di tahun yang sama, ia diangkat menjadi Kepala Subdit V Ranmor Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

Kemudian, pada tahun 2008, Nico diangkat menjadi Kepala Subdit III Umum/ Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Lalu promosi menjadi Wadirreskrimum Polda Metro Jaya pada tahun 2011.

Pada tahun 2013, Nico Afinta didapuk menjadi Kapolrestabes Medan. Kemudian dimutasi menjadi Kabagbindik Sespimma Sespim Polri Lemdikpol pada tahun 2016. Di tahun yang sama, pada tahun 2016, Nico dipercayakan menjabat Analis Kebijakan Madya bidang Pidum Bareskrim Polri. Lalu menjabat Dirresnarkoba Polda Metro Jaya.

Pada tahun 2017, Ia dimutasi menjadi Dirreskrimum Polda Metro Jaya. Kemudian, pada tahun 2018, Nico menjabat sebagai Karobinopsnal Bareskrim Polri.

Pada tahun 2019, Nico Afinta dipercayakan menjadi Dirtipidum Bareskrim Polri, Di tahun yang sama dimutasi menjadi Sahlisospol Kapolri. Kemudian pada tahun 2020, Nico diangkat menjadi Kapolda Kalimantan Selatan. Di tahun yang sama, tahun 2020, Nico kemudia dimutasi menjadi Kapolda Jawa Timur hingga sekarang.

  1. Irjen Panca Putra

Irjen Pol RZ Panca Putra saat ini menjabat sebagai Kapolda Sumatera Utara (Sumut).

Panca Putra Simanjuntak pernah bertugas di Komisis Pemberantasan Korupsi (KPK).

Selama bertugas di KPK, Irjen Panca Putra Simanjuntak banyak menyelesaikan kasus yang mangkrak.

Sedikitnya ada 21 OTT saat Panca Putra menjadi Direktur Penyidikan KPK.

Di antaranya kasus TPPU Tubagus Chairi Wardana yang mangkrak di KPK selama enam tahun. Kemudian, perkara korupsi di perusahaan penerbangan pelat merah Garuda Indonesia yang telah empat tahun mangkrak.

Irjen Panca juga berperan dalam penangkapan Eddy Sindoro pelaku penyuapan panitera PN Jakarta Pusat yang sudah menjadi DPO selama dua tahun. Sedangkan operasi tangkap tangan (OTT) yang dikomandoi Irjen Panca, di antaranya kasus suap izin impor bawang putih.

Sementara itu, dalam kasus tersebut KPK menetapkan enam tersangka dalam kasus dugaan suap impor bawang putih dalam OTT. Mereka yakni anggota DPR Komisi VI I Nyoman Dhamantra, kemudian para tersangka pemberi duit suap yakni Chandry Suanda (CSU) alias Afung, Doddy Wahyudi (DDW), Zulfikar (ZFK).

Kemudian dua orang tersangka lainnya, yaitu Mirawati Basri (MBS) orang kepercayaan Nyoman Dhamantra dan Elviyanto (ELV) ditetapkan sebagai tersangka penerima suap bersama Nyoman.

OTT tersebut bermula dari informasi adanya transaksi suap terkait pengurusan kuota dan izin impor bawang putih tahun 2019 yang menyangkut I Nyoman Dhamantra.

Irjen Panca Putra Simanjuntak juga dinilai mampu menstabilisasikan situasi di Internal KPK termasuk pemilihan Ketua KPK dan terbitnya Undang Undang KPK No 19 /2019.

Nama lengkapnya Irjen. Pol. Drs. Ridwan Zulkarnain Panca Putra Simanjuntak, M.Si.

Panca Putra lahir di Sumatera Utara pada 19 Januari 1969 (umur 53). Ia Lulusan Akpol tahun 1990.

Panca putra ahli di bidang reserse. Ia pernah menjabat sebagai Kapolres Banyumas dan Kapolres Tegal pada tahun 2010. Kemudian menjadi Wadirreskrimsus Polda Jateng tahun 2011.

Pada tahun 2012, Panca Putra didapuk menjabat Dirreskrimsus Polda Kalteng. Lalu dimutasi menjadi Dosen Utama STIK Lemdikpol pada tahun 2013.

Pada tahun 2017, Panca Putra diangkat menjadi Wadirtipidum Bareskrim Polri. Kemudian pada tahun 2018, Panca Putra ditugaskan menjadi Direktur Penyidikan KPK.

Pada tahun 2020, Panca Putra ditarik dari KPK dan diangkat menjadi Widyaiswara Kepolisian Utama Tingkat I Sespim Lemdiklat Polri.

Tak lama kemudian, pada tahun yang sama, tahun 2020, Panca Putra diangkat menjadi Kapolda Sulawesi Utara. Dan pada tahun 2021, Panca Putra dimutasi menjabat sebagai Kapolda Sumatra Utara hingga pada saat ini.

Berdasarkan Laporan Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) untuk periodik 2021 ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Panca tercatat memiliki sejumlah aset dan kas atau setara kas.

Saat melaporkan LHKPN, Irjen Panca Putra Simanjuntak sudah menjabat Kapolda Sumatera Utara. Ia memiliki harta kekayaan sebesar Rp 8,6 miliar. Panca Putra memiliki tanah dan bangunan di Semarang senilai Rp 4 miliar dan di Tangerang Selatan seharga Rp 3 miliar.

Tanah dan bangunan di Semarang sebesar 254 m2/180 m2, dan tanah dan bangunan di Tangerang Selatan seluas 250 m2/180 m2. Ia juga memiliki dua kendaraan, yakni Toyota Harier keluaran 2010 senilai Rp 175 juta dan Honda CRV tahun 2014 seharga Rp 250 juta.

Panca Putra Simanjuntak juga mencatatkan harta bergerak lainnya senilai Rp 105 juta. Kas dan setara kas sebesar Rp 1.105.700.000. Tapi, Panca Putra tidak memiliki utang sehingga total kekayaannya mencapai Rp 8.635.700.000.

  1. Irjen Nana Sudjana

Irjen Pol Nana Sudjana dikenal sebagai ahli di dunia intelijen.

Nana Sudjana pada saat ini menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Selatan (Sulsel).

Sebelumnya, Nana Sudjana menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Utara (Sulut).

Saat itu, Nana Sudjana, menggantikan posisi Irjen Putra Panca yang didapuk menjadi Kapolda Sumut.

Setelah beberapa bulan menjabat sebagai Kapolda Sulut, Nana Sudjana dimutasi menjabat sebagai Kapolda Sulsel. Lalu, Kapolda Sulawesi disi oleh Irjen Pol Mulyatno.

Sebelum menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, Nana Sudjana menjabat sebagai Koordinator Staf Ahli (Koorsahli) Kapolri.

Nana Sudjana diangkat menjadi Koorsahli Kapolri setelah dicopot dari Kapolda Metro Jaya.

Pencopotan Nana Sudjana dari Kapolda Metro Jaya setelah pembiaran kerumunan massa Rizieq Shihab di Petamburan. Mutasi Nana dengan Surat Telegram Kapolri Nomor ST/318/II/KEP./2021 tertanggal 18 Februari 2021.

Dikutip dari Warta Kota, Nana Sudjana lahir di Cirebon, Jawa Barat pada 26 Maret 1965.

Ia merupakan perwira tinggi lulusan Akademi Kepolisian RI tahun 1988. Ia ahli dalam bidang intelijen.

Sebelumnya, Nana pernah menduduki jabatan di antaranya Kapolresta Solo tahun 2010 yang saat itu Wali Kotanya adalah Joko Widodo. Nana Sudjana kemudian digantikan Listyo Prabowo yang kini menjadi Kapolri.

Dari Solo, Nana ditarik menjadi Dirintelkam Polda Jateng tahun 2011. Lalu beralih Analis Utama Tk. I Baintelkam Polri pada tahun 2012 dan Analis Kebijakan Madya bidang Ekonomi Baintelkam Polri pada tahun 2013.

Pada 2014, ia menjadi Dirintelkam Polda Jawa Timur. Ia juga pernah menjadi Wakapolda Jambi pada 2015 dan Wakapolda Jawa Barat pada 2016. Kemudian menjadi Direktur Politik Baintelkam Polri.

Lalu, Nana Sudjana diangkat menjabat sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2019.

Pada 7 Januari 2020 ia diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya ke-39 menggantikan Gatot Eddy Pramono yang dilantik sebagai Wakapolri.

Prestasi Nana Sudjana sebagai latar belakang dunia intelijen, relatif biasa dan tidak ada yang menonjol. Namun, ia termasuk salah satu jenderal polisi yang beberapa kali menjabat sebagai Wakapolda dan Kapolda.

  1. Wakapolda Jambi Tahun 2015
  2. Wakapolda Jabar Tahun 2016.
  3. Kapolda NTB Tahun 2019.
  4. Kapolda Metro Jaya Tahun 2020.
  5. Kapolda Sulawesi Utara Tahun 2021
  6. Kapolda Sulawesi Selatan Tahun 2021.

(NKRIPOSTl/Tribunnews)