Info Penting BMKG untuk Masyarakat Indonesia, Simak Sekarang!

Info Penting BMKG untuk Masyarakat Indonesia, Simak Sekarang!

20 Agustus 2024 0 By NKRI POST

NKRIPOST.COM – BMKG atau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sampaikan pengumuman penting bagi rakyat Indonesia.

BMKG menyebut gempa megathrust di Indonesia ‘tinggal menunggu waktu’.

Gempa berskala besar yang memicu tsunami itu berpotensi terjadi di dua megathrust Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Menurutnya, ada kekhawatiran terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9.

Pasalnya zona sumber gempa potensial, namun belum mengalami gempa besar dalam kurun waktu ratusan tahun lalu.

“Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’, karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” terang Daryono dalam keterangan tertulisnya, dikutip pada Rabu (14/8/2024).

Gempa megathrust sendiri adalah gempa bumi yang berasal dari zona megathrust.

BMKG menyebut megathrust adalah bagian dangkal suatu lajur pada zona subduksi yang mempunyai sudut tukik yang landai.

Megathrust merupakan daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami.

Adapun para pakar memperkirakan megathrust bisa ‘pecah’ secara berulang, namun dengan jeda hingga ratusan tahun.

Sementara itu, zona megathrust merupakan istilah untuk menyebut jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang namun relatif dangkal.

Gempa megathrust digambarkan dengan menumpuknya lempeng bumi, di mana lempeng di bawah mendorong lempeng di atasnya.

Zona megathrust sendiri sebenarnya hanya istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal.

Lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antarlempeng, yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.

Apabila gempa terjadi, bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting).

Gempa Skala Besar

Gempa dalam skala besar yang terjadi di laut inilah yang kemudian memicu tsunami.

Di Indonesia, ada tiga zona megathrust yang termasuk dalam zona subduksi aktif meliputi subduksi Sunda mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.

Kemudian ada subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.

Selain itu, ada juga tiga segmentasi megathrust di Samudra Hindia selatan Jawa.

Segmentasi megathrust tersebut meliputi segmen Jawa Timur, segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan segmen Banten-Selat Sunda.

Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget M 8.7, yang artinya zona megathrust menyimpan potensi gempa besar.

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, segmen Megathrust Mentawai-Suberut dan Megathrust Selat Sunda terakhir kali gempa lebih dari ratusan tahun lalu.

Megathrust Selat Sunda sepanjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun tercatat pernah ‘pecah’ pada 1699 dan 1780 dengan M 8.5.

Sementara itu, Megathrust Mentawai-Siberut yang mempunyai panjang 200 km dan lebar 200 km, serta slip rate 4 cm per tahun, pernah gempa M 8.7 pada 1797 dan M 8.9 pada 1833.

Di samping itu, Daryono meminta agar masyarakat tidak khawatir dengan gempa megathrust ini karena pihaknya telah menyiapkan beberapa hal.

Mulai dari sistem monitoring, prosesing, dan diseminasi informasi gempa bumi.

Serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat sebagai upaya antisipasi dan mitigasi.

Selain itu, BMKG juga mempunyai sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), yang berguna untuk segera menyebarluaskan informasi mengenai gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh wilayah Indonesia.

Kemudian BMKG juga telah melakukan berbagai upaya mitigasi lain seperti memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, hingga evakuasi dengan berbasis pemodelan tsunami.

BMKG menyampaikan upaya mitigasi ini kepada instansi terkait, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, hingga industri pantai dan infrastruktur kritis pelabuhan dan bandara pantai.

Daryono berharap upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami ini mampu menekan risiko dampak bencana yang mungkin terjadi sekecil mungkin bahkan hingga menciptakan zero victim.