Gagal Ginjal Misterius Renggut Nyawa Emira dalam Seminggu, Ini yang Terjadi

Gagal Ginjal Misterius Renggut Nyawa Emira dalam Seminggu, Ini yang Terjadi

21 Oktober 2022 0 By Tim Redaksi

YUSUF MAULANA, 44 tahun, bercerita kebiasaan makan dan minum dari anaknya, Emira Tatiana, sebelum bayi berusia 7 bulan itu meninggal pada 25 September 2022 lalu.

Emira tercatat sebagai salah satu dari pasien anak yang menderita gagal ginjal akut misterius yang belakangan tiba-tiba merebak di banyak daerah.

“Sejak lahir anak saya hanya mengkonsumsi ASI, tidak pernah susu formula,” kata Yusuf saat ditemui di Yogyakarta, Kamis 20 Oktober 2022. Untuk makanan pengganti ASI, dia memastikan, diracik sendiri, “Kadang dengan biskuit yang itupun tercatat izin edarnya dari BPOM.”

Emira hanya bertahan lima hari dalam perawatan intensif di rumah sakit.

Yusuf mengenang, kondisi anak kelimanya itu drop cepat sekali sejak gejala awal mulai muncul.

Karyawan swasta itu menyinggung antara lain bayinya tersebut yang semakin kehilangan kesadaran.

Menurut Yusuf, putrinya itu masih tampak sehat dan ceria hingga 16 September lalu, ketika diajak ibunya beraktivitas di sekitar rumah mereka di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Namun, tiba-tiba, esok harinya, 17 September, anaknya sedikit demam dan lambat merespons.

“Tatapan matanya seperti kosong, jika ada yang menggerakkan tangan di depan wajahnya, dia tidak langsung merespons seperti biasa, walau makannya masih lahap,” kata dia mengenang.

Pada hari yang sama, Yusuf dan istrinya mengamati kencing anaknya juga mulai berkurang.

Dikira karena produksi ASI yang menjadi asupan si bayi sedang tak terlalu banyak.

“Ibunya saat itu kondisinya juga pas greges (tidak enak badan),” kata dia.

Lalu keesokan harinya, 18 September, pandangan anak itu masih kosong dan kian lambat merespon interaksi yang diberikan.

Malamnya anak itu mulai sering terbangun dari tidurnya.

Masa-masa berikutnya menjadi lebih menegangkan karena Emira mulai mengalami kejang. Setiap kali kejang, durasinya juga semakin panjang.

“Saya sempat menduga anak itu dehidrasi akut,” ujar Yusuf menambahkan.

Karena khawatir, Yusuf berkonsultasi ke bidan yang biasa merawat anak itu.

Lalu mencoba untuk pertama kalinya memberikan susu formula.

“Setelah diberi susu formula, dia sempat mencret esok harinya,” kata Yusuf.

Setelah mencret itu kesadaran anaknya tampak semakin payah dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping, terdekat dari rumahnya.

Karena kondisi yang sudah sangat menurun, Emira dirujuk lagi ke RSUP dr Sardjito dengan kondisi sudah sangat drop.

Dokter menyebutkan gejala anak itu sebagai acute kidney injury (AKI) atau gagal ginjal akut.

“Dari RSUP Sardjito ini saya baru tahu, anak saya yang kena paru-parunya dulu, lalu liver, saraf, dan terutama ginjalnya,” kata dia.

Saat di RSUP Sardjito itu, Yusuf mengatakan sejumlah dokter khusus turun menangani anaknya.

Perasaannya saat itu sudah tidak enak dan seolah harus pasrah apapun yang terjadi.

“Dokternya banyak, mulai dokter saraf, organ dalam, dokter anak, sampai laporan medis anak saya tebal sekali, dia rutin sekali dipantau, meskipun akhirnya meninggal karena kondisinya memang sudah drop sekali,” ujar Yusuf.

Selama di Sardjito, ujar Yusuf, anaknya memang tak sempat menjalani cuci darah karena disinyalir ada pembekuan darah.

“Namun anak saya dipasangi sejumlah alat bantu, meski kondisinya saat itu sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal pada 25 September,” kata dia.

Dalam riwayat kesehatan keluarga besar, Yusuf mengungkapkan, tak ada yang pernah mengalami gangguan ginjal apalagi sampai menjalani prosedur cuci darah.

Yusuf menuturkan kalau anggota keluarga juga sempat men-tracing riwayat penyakit dan tidak ada yang positif Covid-19.

“Parasetamol memang sempat dikonsumsi ibunya seminggu sebelumnya, tapi itu parasetamol berupa tablet yang diberikan dari rumah sakit,” kata dia.

(NKRIPOSTl/Tempo.co)