Kabar untuk Pemakai Air Galon, Air Tanah dan PDAM se-Indonesia, Ada Info Bermanfaat dari Pemerintah, Ini Sangat Penting, Simak!
22 November 2024 0 By Tim RedaksiNKRIPOST.COM – Pada tahun 2021, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi bakteri E. coli.
Hal ini berdasarkan hasil Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) di Indonesia.
Masyarakat umumnya menggunakan dua metode populer untuk memperoleh air minum, yaitu merebus air tanah atau air PDAM, serta menggunakan air galon isi ulang.
Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan.
Merebus air adalah metode yang sederhana dan telah lama digunakan untuk membunuh mikroorganisme berbahaya, seperti bakteri, virus, dan parasit.
Proses ini efektif jika air dididihkan selama 1-3 menit, sehingga dapat memastikan air aman untuk dikonsumsi.
Air Galon
Sekalipun efektif dalam membunuh mikroba, merebus air tidak dapat menghilangkan kontaminan kimia seperti logam berat atau bahan kimia beracun yang mungkin ada dalam air.
Karena itu, penting untuk memastikan bahwa sumber air yang direbus tidak tercemar oleh bahan kimia yang berbahaya.
Sementara air galon isi ulang telah menjadi pilihan populer di banyak rumah tangga karena kepraktisannya.
Depot-depot pengisian ulang air biasanya menggunakan teknologi seperti reverse osmosis atau ozonisasi untuk memurnikan air, menjadikannya aman untuk dikonsumsi.
Namun, kualitas air galon sangat bergantung pada kebersihan depot dan perawatan galon itu sendiri.
Kesehatan air yang diminum, baik itu air rebus atau air galon isi ulang, sangat bergantung pada sumber dan cara pengolahannya.
Air rebus adalah pilihan yang sangat aman jika air mentahnya bersih dari kontaminan kimia, sementara air galon isi ulang menawarkan kemudahan, asalkan diperoleh dari depot yang menjaga standar kebersihan tinggi.
Profesor Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang mendalami bidang air, Suprihatin mengungkapkan resiko dan efek kesehatan dalam mengonsumsi air galon isi ulang atau rebusan.
Ia menegaskan, air minum haruslah bersih agar baik untuk dikonsumsi.
“Air yang baik untuk dikonsumsi adalah air yang bersih dari segala macam pengotor atau kontaminan,” katanya, seperti dilansir dari Kompas.com, Selasa (19/11/2024).
Ciri-ciri sederhana yang menunjukkan air minum layak dikonsumsi antara lain yaitu air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Dia melanjutkan, air yang dikonsumsi harus terjamin kualitasnya.
Sumber air baku, proses pengolahan, dan penanganannya pun harus terjamin.
Menurutnya, air galon asli umumnya memiliki sistem penjaminan mutu terhadap air minum dalam kemasan (AMDK) yang lebih ketat dari perusahaan penyedianya.
“Air galon umumnya lebih terjamin kualitasnya dibandingkan dengan air isi ulang, air sumur, air perusahaan daerah air minum (PDAM) yang direbus,” ungkap dia.
Meski begitu, Suprihatin menambahkan, air rebusan dari sumur atau saluran PDAM dapat direbus sebelum diminum.
Air minum rebusan tidak berisiko menyebabkan kontaminan mikrobiologis kalau sudah dimasak sampai mendidih.
Suprihatin menegaskan, air minum jenis apapun tetap memiliki risiko bagi kesehatan bila diminum.
“Terutama jika sumber air tidak terjamin kualitasnya dan cara pengolahan atau pananganannya tidak dilakukan secara higienis,” tutur dia.
Suprihatin menjelaskan, potensi cemaran atau kontaminasi air minum paling tinggi biasanya disebabkan kontaminan mikrobiologis atau bakteri.
Sebab, perpindahan bakterinya dari air sangat mudah. Efeknya pun terasa cepat seperti sakit perut.
Dia menambahkan, air galon yang asli maupun isi ulang pun bisa menjadi tempat bertelur bagi nyamuk.
Biasanya, telur nyamuk terbawa sejak awal air masuk ke dalam galon.
Selain itu, ada potensi tutup galon sempat terbuka saat sudah diberi air.
Akibatnya, ada risiko nyamuk bertelur di dalam galon tersebut.
“Telur nyamuk tersebut dapat menetas dan berkembang menjadi jentik-jentik,”
“Sebelum berkembang menjadi jentik-jentik, tampak seperti cacing kecil berwarna merah,” lanjutnya.
Terkait air sumur dan PDAM yang direbus, dia melanjutkan, tetap ada risiko kontaminasi secara fisika dan kimia.
Misalnya, air itu berwarna, bau, atau ada rasa yang aneh.
“Bisa saja ada (air rebus terkontaminasi), tetapi tergantung lokasinya. Tidak bisa digeneralisir. Perlu dilihat dari kasus ke kasus,” pungkasnya.