Alasan Panglima TNI Yudo Margono Tak Kerahkan Pasukan Khusus Bebaskan Pilot Susi Air Akhirnya Terungkap, Oh, Karena Ini
9 Maret 2023NKRIPOST.COM – Laksamana Yudo Margono selaku Panglima TNI mengatakan pasukannya bersama Polri tetap bergerak hati-hati menindak Organisasi Papua Merdeka dalam operasi penyelamatan pilot Susi Air Philip Max Merthens agar warga sipil tidak terdampak.
“Kita tetap menjaga supaya masyarakat sipil tidak terlibat, tidak kena. Kalau kita mau operasi, istilahnya serentak, itu khawatir penduduk yang akan kena karena mereka ini bersama-sama dengan penduduk,” kata Yudo Margono setelah upacara pembukaan gelar Operasi Penegakkan Ketertiban (Opsgaktib) dan Yustisi POM TNI Tahun Anggaran 2023 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 8 Maret 2023, Dikutip dari Tempo.
Ia menjelaskan banyak pertimbangan agar TNI tidak serta-merta mengeksekusi operasi penyelamatan, antara lain keselamatan warga sipil, Kapten Philips Max Mehrtens, dan kondisi medan maupun cuaca.
“Jadi ini bukan seperti penyelamatan sandera di suatu pesawat, bukan, ini dibawa berpindah-pindah dan bersama dengan masyarakat. Sehingga kita tidak mau masyarakat menjadi korban hanya gara-gara ini,” kata Yudo.
Yudo menegaskan operasi penyelamatan Kapten Philips bukan operasi militer sehingga tidak bisa langsung cepat sekejap.
Yudo mengatakan, meski TNI memiliki prajurit berkemampuan khusus dan mempunyai alutsista yang mendukung operasi semacam itu.
“Tapi ini bukan, ingat ini adalah operasi penegakkan hukum sehingga harus mengedepankan hukum,” tutur Yudo.
Genap sebulan Kapten Philips Max Mehrtens disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pimpinan Egianus Kogoya, saat pesawat yang dipilotimua mendarat di Bandara Paro di Kabupaten Nduga, Papua, pada 7 Februari lalu.
Pesawat perintis maskapai Susi Air jenis Pilatus Porter PC 6/PK-BVY dibakar sesaat setelah mendarat di landasan Bandara Paro.
Namun maskapai hilang kontak dengan pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY pukul 06.17 WIT pada saat melaksanakan penerbangan dengan rute Timika-Paro-Timika.
Pesawat itu membawa lima penumpang dan barang bawaan dengan total muatan 452 kilogram.
Adapun para penumpang tidak disandera dan selamat.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkapkan aparat TNI dan Polri telah mengetahui titik koordinat keberadaan Philips.
Namun aparat masih belum bisa melakukan operasi militer pembebasan karena pemerintah Selandia Baru meminta agar tidak ada kekerasan dalam upaya pembebasan warga negaranya.
Oleh karena itu, menurut Mahfud, upaya penyelamatan Kapten Philips Mark Methrtens tidak bisa dilakukan dengan menggelar operasi militer.
“Saya sudah tahu loh tempatnya (Kapten Philips), koordinat berapa seperti itu,” ujar Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa, 21 Februari lalu.
Mahfud menegaskan KKB sudah dikepung satgas TNI-Polri.
Namun mereka tidak bisa bergerak karena pemerintah Selandia Baru meminta tidak ada kekerasan dalam penyelamatan Kapten Philips Max Mehrtens.
Saat ini pemerintah RI sedang melakukan pendekatan negosiasi untuk membebaskan Kapten Philip.