7 Perusahaan Raksasa yang Terdampak Perang Ukraina dan Rusia, Nomor 4 Punya Orang Indonesia?

7 Perusahaan Raksasa yang Terdampak Perang Ukraina dan Rusia, Nomor 4 Punya Orang Indonesia?

25 Februari 2022 0 By Tim Redaksi

BEBERAPA perusahaan multinasional bakal terdampak sangat besar akibat konflik Ukraina dan Rusia yang semakin memanas.

Penjualan beberapa perusahaan raksasa dunia bersinggungan erat dengan kondisi geopolitik kedua negara yang bergerak ke ambang perang , dimana dunia bakal merespons dengan sanksi-sanksi.

Ukraina Merasakan Deja Vu Hal ini berdasarkan perhitungan ahli strategi JPMorgan, Dubravko Lakos-Bukas yang telah melakukan kalkulasi.

Dimana terdapat tujuh perusahaan paling menonjol dari daftar 25 nama yang yang berisiko mengalami tekanan mengingat setidaknya 4% penjualan mereka berasal dari Rusia dan Ukraina.

Berikut daftar 7 perusahaan yang bakal terdampak konflik Ukraina-Rusia:

  1. Sylvamo Corporation (SLVM)

Perusahaan kertas kelas dunia ini diketahui 16,6% penjualan mereka berasal dari Rusia dan Ukraina.

Sylvamo Corporation merupakan anak perusahaan International Paper yakni produsen global terkemuka kemasan berbasis serat terbarukan dan produk pulp dengan operasi manufaktur di Amerika Utara, Amerika Latin, Afrika Utara dan Eropa.

Mereka memproduksi produk kemasan yang memungkinkan perdagangan di seluruh dunia, dan pulp untuk popok, tisu, dan produk kebersihan pribadi lainnya yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan.

Berkantor pusat di Memphis, Tenn dan mempekerjakan sekitar 38.000 rekan kerja.

Penjualan bersih untuk tahun 2020 mencapai USD21 miliar.

  1. Kinross Gold Corporation (KGC)

Tercatat 14% penjualan mereka berasal dari Rusia dan Ukraina.

Kinross Gold Corporation sendiri adalah perusahaan pertambangan emas dan perak yang berbasis di Kanada yang didirikan pada tahun 1993 dan berkantor pusat di Toronto, Ontario, Kanada.

Kinross saat ini mengoperasikan tujuh tambang emas aktif, dan menduduki peringkat kelima dari 10 Perusahaan Tambang Emas Teratas tahun 2019 oleh InvestingNews.

Tambang perusahaan berlokasi di Brasil, Ghana, Mauritania, Rusia, dan Amerika Serikat.

  1. Arconic Corporation (ARNC)

Mendapatkan 9,4% penjualan berasal dari Rusia dan Ukraina, Arconic Corporation diyakini juga bakal terdampak pecahnya perang Ukraina-Rusia.

Arconic Corporation merupakan perusahaan industri Amerika yang mengkhususkan diri dalam teknik dan manufaktur logam ringan.

Produk Arconic digunakan di seluruh dunia dalam kedirgantaraan, otomotif, transportasi komersial, pengemasan, bangunan dan konstruksi, minyak dan gas, pertahanan, elektronik konsumen, dan aplikasi industri.

  1. Philip-Morris International (PM)

Perusahaan publik asal Swiss yang bergerak di industri rokok dan tembakau ini diperkirakan juga bakal mengalami tekanan.

Dimana 8% penjualan berasal dari Rusia dan Ukraina. Philip Morris International dikenal sebagai produsen rokok terbesar di dunia.

Banyak produk yang dipasarkan dan bahkan mendunia seperti : Marlboro, Chesterfield, L&M, Philip Morris, Parliament, Lark, Merit, Muratti, Bond Street, Next, and Red & White. Sebagai informasi Afiliasi Philip Morris International di Indonesia yakni PT Philip Morris Indonesia telah membeli 40% saham PT HM Sampoerna, Tbk, produsen rokok terbesar pertama di Indonesia pada tanggal 1 Januari 2005, menaikkan jumlah saham mereka di perusahaan tersebut hingga sekitar 100%.

Selain itu, Philip Morris International Indonesia, juga memiliki brand lokal di Indonesia, yakni ST Dupont dan Longbeach, rokok yang sempat populer di Indonesia, namun produknya sudah tidak diproduksi sejak awal tahun 2000an.

Marlboro, masih menjadi brand andalan perusahaan ini selain karena peminatnya yang banyak, Marlboro juga mulai mengubah imagenya dengan lebih kekinian.

Selain itu, Philip Morris Internasional memiliki produk lokal tembakau cengkeh dari HM Sampoerna yang sudah diakusisi oleh Philip Morris Indonesia, yakni : Dji Sam Soe (Produk Kretek warisan Indonesia yang sudah melegenda sejak 1913 dan berumur 100 tahun), A Mild, Sampoerna Hijau Kretek & Panamas Kretek.

  1. PepsiCo (PEP)

Selanjutnya perusahaan yang bergerak di Industri makanan ringan, makanan, dan minuman, dengan pendapatan sebesar USD60 miliar dan lebih dari 285.000 karyawan yakni PepsiCo juga bakal kena imbasnya.

Dimana 4,4% penjualan berasal dari Rusia dan Ukraina.

PepsiCo memiliki beberapa merek dunia yang paling populer, termasuk Pepsi-Cola, Mountain Dew, Diet Pepsi, Lay’s, Doritos, Tropicana, Gatorade, dan Quaker.

  1. Mohawk Industries (MHK):

Mohawk Industries adalah produsen lantai asal Amerika yang berbasis di Calhoun, Georgia, Amerika Serikat.

Mohawk memproduksi produk penutup lantai untuk aplikasi perumahan dan komersial di Amerika Utara dan aplikasi perumahan di Eropa.

Portofolio manufaktur perusahaan terdiri dari produk lantai lunak (karpet), produk lantai keras (ubin keramik dan porselen, batu alam dan lantai kayu keras), laminate flooring, lembaran vinil dan ubin vinil mewah.

Perusahaan ini mempekerjakan 37.800 dalam operasi di Australia, Brasil, Kanada, Eropa, India, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Rusia dan Amerika Serikat. Diterangkan, 4,3% penjualan Mohawk Industries berasal dari Rusia dan Ukraina

  1. McDonald’s (MCD)

Selanjutnya siapa yang tidak kenal McDonald’s (MCD), perusahaan makanan cepat saji Amerika.

Diketahui rantai restoran terbesar di dunia berdasarkan pendapatan itu, 4,2% penjualan mereka berasal dari Rusia dan Ukraina.

Seperti diketahui Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pengerahan pasukan Rusia ke dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina. L

Langkah itu dilihat oleh Barat sebagai provokasi setelah Putin mengakui kemerdekaan mereka.

Sementara itu Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson meluncurkan paket sanksi terhadap Rusia pada Selasa pagi.

Presiden AS Joe Biden akan menjatuhkan sanksi baru pada perdagangan dan pembiayaan di dua wilayah yang diakui oleh Putin, seperti dilaporkan CNN.

“Peristiwa ini adalah belokan yang jauh lebih mengkhawatirkan dan pergeseran pandangan yang jauh lebih tahan lama dari perspektif kami. Sepanjang minggu lalu, kami cenderung berpikir situasinya tetap tidak pasti secara fundamental dan bahwa berita utama yang bergeser pada akhirnya tidak mengubah pandangan terlalu banyak,” kata ahli strategi EvercoreISI, Tobin Marcus.

“Tetapi kami sekarang berada di dunia yang berbeda, dengan pertanyaan kunci adalah seberapa buruk hal-hal yang akan terjadi selanjutnya,” sambung Tobin.

(NKRIPOST/Sindonews)