5 Fakta Jasad Guru Ngaji di Subang yang Dimakamkan 17 Tahun Lalu Masih Utuh dan Harum
18 Januari 2022FENOMENA jasad guru ngaji Muhya bin Rudia di Dusun Cikadu, Kecamatan Tanjungsiang, Subang, Jawa Barat, menarik perhatian masyarakat.
Selain jasad masih utuh, kain kafan yang membungkus jasadnya pun relatif masih baik meski telah terkubur selama 17 tahun.
Namun, kain kafan yang membungkus jasad almarhum telah kotor oleh tanah.
Yang mencengangkan, jasad almarhum guru ngaji Muhya bin Rudia mengeluarkan aroma harum saat diangkat dari liang lahat.
Berikut lima fakta jasad guru ngaji Muhya masih utuh berdasarkan penuturan penggali makam dan murid mengaji almarhum:
- Jasad almarhum guru ngaji Muhya bin Rudia ini dipindahkan pada Minggu (9/1/2022).
Namun video berisi rekaman prosesi pemindahan makam berdurasi 2 menit 50 detik tersebut baru viral setelah diunggah di media sosial pada Kamis 14 Januari 2022.
- Jasad almarhum Muhya dipindahkan lantaran lokasi makam awal dianggap kurang layak bagi seorang guru ngaji.
Makam awal berada di samping kandang kambing dan banyak hewan ternak di sekitarnya.
Keluarga ahli waris dan warga kemudian menggelar pertemuan.
Akhirnya, disepakati makam guru ngaji tersebut dipindahkan ke Tempat Permakaman Umum (TPU) Pasirnaan tak jauh dari lokasi makam awal.
- Prosesi pemindahan makam almarhum Muhya bin Rudia dihadiri oleh keluarga ahli waris dan warga.
Saat prosesi berlangsung, warga melantunkan sholawat dan doa.
Ketika jasad almarhum diangkat dari dalam liang lahat, warga mengucapkan tabkir, Allahuakbar.
Selanjutnya, warga membungkus kembali jasad dengan kain kafan yang masih baru, putih dan bersih.
Dalam video terlihat jasad almarhum yang terbungkus kain kafan masih utuh.
Namun kain kafan terlihat kotor oleh tanah.
Ace Kosasih, warga yang bertugas menggali makam dan mengangkat almarhum, melihat langsung kondisi jasad almarhum masih utuh.
Hal itu terlihat dari kulit yang masih ada dan tulang pun menyatu.
Kondisi kulit almarhum memang sudah mengering, seperti makhluk hidup yang diawetkan dengan air keras.
Jasadnya tidak busuk, melainkan beraroma harum.
Berdasarkan pengalaman Ace Kosasih, jasad yang telah dimakamkan selama 17 tahun biasanya hanya tinggal tulang belulang, tidak utuh lagi.
Berbeda dengan jasad almarhum Muhya.
“Umumnya, jasad yang telah dimakamkan selama 17 tahun mah udah gak utuh. Lima bulan atau satu tahun aja sudah tinggal tulang belulang.
Tapi ini 17 tahun, masih utuh, masih keras. Tangannya masih gini (menyilang di depan dada). Kulitnya masih ada, cuma kering kaya diaer keras gitulah,” kata Ace.
- Ujang Ading, sema hidup, keseharian almarhum Muhya bin Rudia dikenal masyarakat cukup baik, sholeh.
“Setiap hari, waktunya banyak dihabiskan di masjid, mengajar mengaji Alquran kepada anak-anak dari generasi ke generasi, dari mulai ayah saya sama saya sendiri pernah diguruin mengaji sama almarhum,” kata Ujang Ading.
Almarhum Muhya meninggal sehabis melaksanakan sholat Ashar. Alamrhum keluar dari masjid.
Saat duduk di teras masjid, darah tinggi almarhum kambuh, kemudian pingsan.
Saat dibawa dibawa ke rumah, ternyata Muhya bin Rudia telah meninggal dunia.
- Kini, makam almarhum Muhya bin Rudia telah berada di lokasi lebih layak dibanding sebelumnya.
Makam almarhum pun telah dipasang kijing, batu nisan dari marmer.
Keluarga dan warga sepakat menjaga dan merawat makam almarhum dengan baik.
Mereka akan sering menziarahi dan membacakan doa di makam itu.
(NKRIPOST/Inews)